Minggu, 26 Mei 2013

TUGAS SOFT SKILL

  
KELAS 1EB08
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
Dosen : Ibu Zaidatun Ekastuti
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia (Softskill)


PENDAHULUAN SERTA LATAR BELAKANG

           
            Produk Nasional Bruto (Gross National Product) adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981). Produk Nasional Bruto (GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja.
            Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GNP riil perkapita. GNP riil perkapita diperoleh dengan membagi GNP riil dengan jumlah penduduk. GNP riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan GNP riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi).
            Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara  diantaranya adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihada­pi masyarakat sesuatu negara. Jadi Pendapatan Nasional Neto (NNP) adalah pendapatan nasional yang hanya memperhitungkan investasi neto (nilai investasi bersih setelah dikurangi depresiasi dari aktiva investasi)
            Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam
struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada
masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian pendapatan (Sukirno, 2004). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu sasaran dari kebijakan ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan GNP (Gross National Product) suatu Negara (Samuelson,1995).
Untuk mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara, diperlukan suatu indikator. Menurut Suparmoko (1998), salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto) untuk skala nasional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk skala daerah. Konsep pendapatan domestik regional bruto (PDRB) adalah ukuran yang paling sering dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi.




RANGKUMAN PENELITIAN

Penelitian Pertama
Menurut Penelitian dari Jurnal Madani Edisi II yang Berjudul :
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN RELEVANSIANYA UNTUK INDONESIA

Hingga dekade 1980-an teori dan praktik pembangunan sangat didominasi oleh paradigma Neo-Klasikyangmengejarpertumbuhanekonomi (economic growth) yang dikotomis, karena di satu sisi memperhitungkan efisiensi penggunaan modal, tenaga kerja, gandrung pada efisiensi teknologi namun di sisi lain susutnya sumberdaya alam dan rusaknya lingkungan tidak diperhitungkan dalam akuntansi pembangunan (Development Accounting).

Ø  Lahirnya Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Sampai dengan dekade 1980-an perencanaan dan strategi pem- bangunan masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi (economic growth), baik pada negara-negara sosialis yang menerapkan peren- canaan yang terpusat maupun pada negara-negarakapitalisyangme- nerapkan perencanaan yang liberal. Filosofi pertumbuhan ekonomi di- latarbelakangi oleh Teori Neo-Klasik dimana pertumbuhan merupakan fungsi dari modal dan teknologi sedangkan sumberdaya alam sama sekali tidak diperhitungkan karena dianggap pemberian alam yang melimpah.
Ø  Konsep dan Definisi Pembangunan Berkelanjutan
Ada berbagai definisi dari Pembangunan Berkelanjutan. Tapi semua definisi berfokus pada bagai- mana agar perekonomian dapat tetap berlanjut dalam jangka panjang, terutama untuk memberi kesempatan pada generasi yang akan datang memperoleh kehidupan yang lebih baik. World Commission on Environment and Development (WECD),
Ø  Penerapan Teori dan Prinsip PembangunanBerkelanjutan
Secara teoritis prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan pada berbagai sektor pembangunan. Sebagai contoh di- ambil pada sektor pertanian. Untuk pembangunan pertanian yang ber- hasil, Bank Dunia (di dalam Conway and Barbier,1990:23) menyarankan agar tiga kriteria berikut dapat dipenuhi:
1.  Harus berkelanjutan, dengan menjamin pelestarian dan penggunaan yang   wajar dari sumberdaya yang terbarukan
2. Harus meningkatkan efisiensi ekonomi
3. Manfaatnya harus terdistribusi secara merata.
Untuk kasus pembangunan pertanian,konsep dan definisi dari pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) antara lain dijabarkan oleh Conway dan Barbier (1990:10)sebagaipertanianyang:
Produksinya tinggi, efisien dan stabil Menggunakan sarana produksi yang rendah dan murah, terutama menggunakan se- enuhya teknik pertanian organik dan pengetahuan-pengetahuan lokal dan tradisional)
Melestarikan nilai-nilai tradisi- onal dan pertanian keluarga berskala kecil Partisipasi yang tinggi dari para petani sendiri dalam proses pengambil- an keputusan-keputusan pem- bangunan. Menolong kaum ter- miskin dan terpojokan: terutama petani yang berlahan sempit, buruh tani, kaum perempuan, anak-anakdankaumsuku minoritas
Penerapan Konsep, Prinsip dan Tujuan Pembangunan Bekelanjutan dalam pembangunan secara luas dapat dilakukan dengan menetapkan kaidah-kaidahnya (Djajadiningrat, 1992; Pearce and Warford, 1993):
1.      Pemerataan dan Keadilan (Equity and Justice).
2.      Pendekatan Integratif (Integrative Approach).
3.      Perspektif Jangka Panjang (Long Term Perspective).
4.      Keberlanjutan Ekologis (Ecological Sustainability).
5.      Keberlanjutan Ekonomi (Economic Sustainability).
6.      Keberlanjutan Sosial Budaya (Social -CulturalSustainability).
7.      Keberlanjutan Politik (Political Sustainability).
8.      Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan (Defense and Security Sustainability).
Todaro (1989) mengemukakan beberapa ciri umum Negara-negara Berkembang. Ciri-ciritersebut adalah:
·         standar hidup yang rendah;
·         produktivitas yang rendah;
·         tingkat pertumbuhan penduduk dan beban ketergantungan yang tinggi;
·         tingkat pengangguran yang tinggi dan me- ningkat terus serta kekurangan pe- kerjaan;
·         sangattergantungpada produksi pertanian dan barang ekspor primer;
·         dominasi, ketergantungan dan kepekaan yang besar dalam hu- bungan internasional. Ciri-ciridiatassekaligusdapat diturunkan menjadi indikator ke- berhasilan pembangunan dari Negara-negaraBerkembangtersebut, yaitu: Pendapatan Nasional; Per- tumbuhan Ekonomi; Pendapatan per Kapita; Distribusi Pendapatan Nasio- nal; Kemiskinan; Kesehatan Masya- rakat; Pendidikan Masyarakat; Pro- duktivitas Masyarakat; Pertumbuhan Penduduk; Pengangguran dan Se- tengah Menganggur.


1.      Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) suatu negara adalah hasil dari aktivitas per- ekonomian secara keseluruhan dari negaratersebut. Pendapatan Nasional Bruto per Kapita sering digunakan sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara. Bagi Negara-negara Berkembang yang umumnya pen- dapatannya hanya berasal dari dalam negeri (domestic) GNP lebih dikenaldengan istilah Gross Domestic Pro- duct (GDP) atau Pendapatan Do- mestikBruto(PDB). Konsep pen- dapatan ini dapat diturunkan ke tingkat regional menjadi pendapatan regional.
2.      Pertumbuhan Ekonomi.
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi diukur dengan prosentase peningkatan GNP atau GDP dari tahun ke tahun. Sering pula diukur dalam bentuk rata- rata per periode tertentu,
3.      Pendapatan Rata-rata per Kapita.
Pendapatan Rata-rata per Kapita diukur dari GDP pada tahun tertentu dibagi Jumlah Penduduk pada tahun yang sama, biasanya dikalkulasi dalam Dollar Amerika Serikat (US$). Ukuran ini baru menunjukan potensi tingkat kesejahteraan ekonomi secara umum, belum bisa menunjukan ting- kat pemerataan kesejahteraan eko- nomi yang sesungguhnya..
4.      Distribusi Pendapatan Nasional.
Untuk lebih memperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang peme- rataan kesejahteraan ekonomi perlu diketahui distribusi pendapatan. Dis- tribusi pendapatan sering diukur dengan membagi penduduk menjadi 5 atau 10 kelompok (quintiles atau deciles) sesuai dengan tingkat pen- dapatannya. Kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing- masing kelompok pendapatan.. Selanjutnya ukuran distribusi pen- dapatan dapat diukur dengan “Rasio Konsentrasi Gini” (Gini Consentration Ratio) atau lebih sederhana disebut dengan Koefisien Gini
5.      Kemiskinan.
Tingkat kemiskinan diukur dengan menentukan konsep “Kemiskinan Absolut” (Absolute Poverty) atau “Garis Kemiskinan” (Poverty Line), yaitu:
 “tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik minimum terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup”.
6.      Kesehatan Masyarakat.
Tingkat kesehatan masyarakat dapat terukur dari “Harapan Hidup Rata- rata”(Life Expectancy Rate) dan “TingkatKematianBayiRata-rata” (Infant Mortality Rate) yaitu jumlah bayi yang mati sebelum usia 1 tahun setiap 1000 kelahiran. Harapan Hidup Rata-ratadinegara-negarapaling terbelakang di dunia pada tahun 1988 misalnya hanya mencapai 49 tahun, dibanding dengan 57 tahun di negara-negaraDuniaKetigadan73 tahun di negara-negara maju.


7.      Pendidikan Masyarakat.
            Salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat pendidikan masya- rakat adalah “Tingkat Melek Huruf” (Literacy) atau sebaliknya “Tingkat Buta Huruf” (Iliteracy).
8.      Produktivitas Masyarakat.
Konsep produktivitas masyarakat sangatlah kompleks. Pada dasarnya produktivitas masyarakat adalah ke- mampuan individu-individu dalam masyarakat tersebut untuk mening- katkan kesejahteraan ekonominya. Hal itu meliputi keterampilan, ke- mampuan manajerial, daya kreasi, serta emosi dan ambisi untuk hidup lebih sejahtera. Tingkat produktivitas tenaga kerja di negara-negara se- dang berkembang lebih rendah di- banding negara-negara maju.
9.      Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan Penduduk (Population Growth) dihitung dari “Tingkat Ke- lahiran” (Birth Rate) dikurangi “Ting- kat Kematian” (Mortality Rate).
10.  Tingkat Pengangguran dan Setengah Menganggur.
Pengertian dari “Setengah Me- nganggur” (underemployment) adalah penduduk kota atau desa yang bekerjadibawahjamkerjanormal (harian, mingguan, atau musiman), meliputi juga mereka yang berkerja secara normal dengan waktu penuh tapi produktivitasnya rendah. Se- dangkan “Pengangguran Terbuka” (unemployed) adalah penduduk yang mampu dan ingin bekerja tetapi tidak tersedia lapangan pekerjaan.
Melestarikan sistem-sistem pen- dukung kehidupan dan keaneka- ragaman hayati:
1.      Menjamin keberlanjutan peng- gunaan sumberdaya yang dapat diperbarui dan meminimkan penipisansumberdayayangtak dapat diperbarui:
2.      Berusaha tidak melampaui daya dukung ekosistem:













Penelitian Kedua

Menurut Penelitian Oleh Lubis, Johanna Maria K. Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro dengan Jurnal yang Berjudul :
PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam melihat pembangunan ekonomi di suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi dapat menerangkan atau mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian (Sukirno, 2005). Pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu Negara, maka semakin tinggi kemampuan suatu Negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga akan semakin tinggi pula kemampuan suatu Negara untuk mensejahterakan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan GNP (Gross National Product) suatu Negara (Samuelson, 1995).

Untuk mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi suatu Negara, maka diperlukan suatu indikator. Menurut M. Suparmoko (1998), salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto) untuk skala nasional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk skala daerah. Perkembangan produk domestic regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta dari tahun 1984 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 2.




















Tabel 6
Perkembangan PDRB Provinsi DKI Jakarta
Tahun 1984–2010
Tahun                             DKI Jakarta (Juta Rp)                              Pertumbuhan Ekonomi (%)
               1984                                             102.551.436,                                                       1 0
               1985                                             109.981.984,7                                          7,2
1986                                    115.492.755,7                                          5,0
1987                                    122.244.004,6                                          5,8
1988                                    130.328.296,8                                          6,6
1989                                    143.019.850,5                                          9,7
1990                                    155.276.688,7                                          8,6
1991                                    167.385.792,3                                          7,8
1992                                    181.233.576 8,                                        3
1993                                    197.157.326 8,                                        8
1994                                    214.126.950,7                                          8,6
1995                                    233.969.122,4                                          9,3
1996                                    255.249.056,7                                          9,1
1997                                    268.283.108,2                                          51
1998                                    221.361.239,5                                          -17,5
1999                                    220.723.579,8 -                                       0,3
2000                                    230.287.765,3                                          4,3
2001                                    238.673.940                                                         3,6
2002                                    250.331.157                                                        4,9
2003                                    263.624.242                                                         5,3
2004                                    278.524.822                                                         5,7
2005                                    295.270.544                                                         6,0
2006                                    312.826.712,7                                          5,9
2007                                    332.971.253,8                                          6,4
2008                                    353.539.057,4                                          6,2
2009                                    371.399.301,8                                          5,1
2010                                    395.664.498                                                        6,5
Sumber : BPS, Statistik Indonesia, berbagai tahun terbitan

Bagi sebagian besar ekonom, kemajuan teknologi (technological progress) adalah faktor yang paling penting, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah (Lincolin Arsyad, 1997). Pengertian teknologi mengandung dimensi yang lebih luas dan mencakup penelitian, pengembangan, perencanaan sistem produksi, suplai bahan-bahan, sistem-sistem informasi, pembinaan dan pengembangan keterampilan kerja dan entrepreneur, peralatan produksi dan kebijakan pemerintah untuk menyediakan prasarana dan iklim industri yang baik
Salah satu cara untuk mengukur pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari peran TFP (Total Factor Productivity). TFP (Total Factor Productivity) merupakan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain tenaga kerja dan modal. TFP dianggap sebagai kemajuan teknologi yang eksogen. Cara lain dalam mengukur pengaruh teknologi terhadap tingkat output atau PDRB suatu daerah dapat dilihat dari kapital per tenaga kerja efektif (tenaga kerja yang sedang bekerja). Dalam penelitian ini, teknologi dilihat dari kapital per tenaga kerja efektif atau tenaga kerja yang sedang bekerja.Salah satu cara dalam mengukur pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan output per tenaga kerja.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data time series. Pengujian untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap produk domestik regional ruto (PDRB) Propinsi DKI Jakarta dilakukan dengan analisis regresi sederhana. Dengan analisis regresi akan diketahui kekuatan dan arah hubungan antara variabel dependen yaitu produk domestik regional bruto (PDRB) dengan variabel independen yaitu teknologi. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisa regresi tersebut dinamakan Ordinary Least Square (OLS).
Hasil yang diperoleh dari perhitungan regresi menunjukkan bahwa variabel teknologi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta. Koefisien dari variabel teknologi adalah sebesar 0,14 yang mempunyai arti apabila terjadi peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) lewat penurunan teknologi sebesar Rp 1 rupiah maka akan mendorong peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 0,14. Hasil regresi pada model pengaruh teknologi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta dan hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa teknologi mempunyai peran penting dalam meningkatkan output suatu daerah dan dengan adanya teknologi maka penggunaan input dalam proses produksi akan semakin efisien. Hal ini juga sudah sesuai dengan hipotesis awal dimana teknologi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta. Hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifka (2010) yang menyatakan bahwa teknologi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan teknologi akan mendorong meningkatnya output suatu daerah.













Penelitian Ketiga

Menurut Penelitian AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dari Universitas Syiah Kuala yang Berjudul :
ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS” DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM”
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran utama keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata. Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal akan menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri.
Menurut Arsyad (1999) ada perbedaan antara pembangunan ekonomi dan Pertumbuhan ekonomi. Para pakar ekonomi seperti kaum Merkantilisme, klasik sampai Keynes membedakan kedua pengertian tersebut yaitu : (a) peningkatan pendapatan per kapitamasyarakat yaitu tingkat pertumbuhan PDB/PNB pada suatu tahun tertentu dikurangi dengan tingkat pertumbuhan penduduk, dan (b) perkembangan PDB/PNB yang terjadi dalam suatu negara diikuti oleh perombakan dan medernisasi struktur ekonominya (transformasi ekonomi).
Dalam rangka melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun akan terlihat melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau indeks harga konsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif akan menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif akan menunjukkan penurunan perekonomian.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri dari 9 (sembilan) sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.
Menurut Arsyad (1999) ada perbedaan antara pembangunan ekonomi danpertumbuhan ekonomi. Para pakar ekonomi seperti kaum Merkantilisme, klasik sampai Keynes membedakan kedua pengertian tersebut yaitu : (a) peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan PDB/PNB pada suatu tahun tertentu dikurangi dengan tingkat pertumbuhan penduduk, dan (b) perkembangan PDB/PNB yang terjadi dalam suatu negara diikuti oleh perombakan dan medernisasi struktur ekonominya (transformasi ekonomi).
Dalam rangka melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun akan terlihat melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau indeks hargakonsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif akan menunjukkan adanyapeningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif akan menunjukkan penurunanperekonomian.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri dasad (sembilan) sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,  istrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa. Ruang lingkup penelitian meliputi PNB (Produk Nasional Bruto) dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan variabel yang dikaji adalah total produksi yang dihasilkan dari setiap sektor yang dihitung dalam jutaan rupiah, yaitu meliputi: (a) Sektor pertanian; (b) Sektor Pertambangan dan Penggalian; (c) Sektor Industri Pengolahan; (d) Sektor Listrik dan Air Minum; (e) Sektor Bangunan; (f) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; (g) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (h) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; (i) Sektor Jasa-jasa.























KESIMPULAN
Kesimpulan dari beberapa jurnal yang Dirangkum adalah :
Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam
struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada
masalah perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian pendapatan (Sukirno, 2004). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu sasaran dari kebijakan ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan GNP (Gross National Product) suatu Negara (Samuelson,1995).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran utama keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata. Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal akan menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri.

Empat puluh tahun terakhir Indonesia menganut paradigma pembangunan yang tipikal mengeksploitasi sumberdaya alam dengan segala dampak negatifnya terhadap lingkungan. Itupun hanya mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tidak lebih dari 7 persen dan sulit dipertahankan. Susutnya sumberdaya alam seperti minyak, bahan tambang, hutan nyaris bagi Indonesia untuk tidak dapat melanjutkan pembangunan. Karena itu mau tidak mau paradigma lama harus mulai ditinggalkan sebelum mencapai kebntuan (development dead-lock). Paradigma baru yang lebih sustainable harus mulai dirintis dan diimplementasikan sehingga mampu menciptakan modus-modus ekonomi baru yang mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan dampak negatif yang seminimal mungkin terhadap destruksi lingkungan.