KELAS
1EB08
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
Dosen
: Ibu Zaidatun Ekastuti
Mata
Kuliah : Perekonomian Indonesia (Softskill)
PENDAHULUAN
SERTA LATAR BELAKANG
Produk
Nasional Bruto (Gross National Product) adalah nilai
seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian
dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981). Produk Nasional Bruto (GNP)
adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan
dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya
menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang
bekewarganegaraan negara tersebut saja.
Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa
ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan
GNP riil perkapita. GNP riil perkapita diperoleh dengan membagi GNP
riil dengan jumlah penduduk. GNP riil perkapita mengukur jumlah rata-rata
keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian
kenaikan GNP riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar
hidup lebih tinggi).
Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu
negara diantaranya adalah pendapatan
nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi
neraca pembayaran luar negeri. Pendapatan Nasional (National Income) adalah
merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan
mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihadapi masyarakat sesuatu
negara. Jadi Pendapatan
Nasional Neto (NNP) adalah pendapatan nasional yang hanya memperhitungkan
investasi neto (nilai investasi bersih setelah dikurangi depresiasi dari aktiva
investasi)
Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam
Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam
struktur dan
corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, ahli ekonomi bukan saja tertarik
kepada
masalah
perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan
ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional,
masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian
pendapatan (Sukirno, 2004). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu sasaran
dari kebijakan ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan
GNP (Gross National Product) suatu Negara (Samuelson,1995).
Untuk
mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara, diperlukan suatu indikator.
Menurut Suparmoko (1998), salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto) untuk skala
nasional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk skala daerah. Konsep
pendapatan domestik regional bruto (PDRB) adalah ukuran yang paling sering
dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi.
RANGKUMAN PENELITIAN
Penelitian Pertama
Menurut Penelitian dari Jurnal Madani Edisi II yang Berjudul
:
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN
RELEVANSIANYA UNTUK INDONESIA
Hingga
dekade 1980-an teori dan praktik pembangunan sangat didominasi oleh paradigma Neo-Klasikyangmengejarpertumbuhanekonomi
(economic growth) yang dikotomis, karena di satu sisi memperhitungkan efisiensi
penggunaan modal, tenaga kerja, gandrung pada efisiensi teknologi namun di sisi
lain susutnya sumberdaya alam dan rusaknya lingkungan tidak diperhitungkan
dalam akuntansi pembangunan (Development Accounting).
Ø Lahirnya Paradigma Pembangunan
Berkelanjutan
Sampai dengan dekade
1980-an perencanaan dan strategi pem- bangunan masih berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi (economic growth), baik pada negara-negara sosialis yang
menerapkan peren- canaan yang terpusat maupun pada
negara-negarakapitalisyangme- nerapkan perencanaan yang liberal. Filosofi
pertumbuhan ekonomi di- latarbelakangi oleh Teori Neo-Klasik dimana pertumbuhan
merupakan fungsi dari modal dan teknologi sedangkan sumberdaya alam sama sekali
tidak diperhitungkan karena dianggap pemberian alam yang melimpah.
Ø Konsep dan Definisi Pembangunan
Berkelanjutan
Ada
berbagai definisi dari Pembangunan Berkelanjutan. Tapi semua definisi berfokus
pada bagai- mana agar perekonomian dapat tetap berlanjut dalam jangka panjang,
terutama untuk memberi kesempatan pada generasi yang akan datang memperoleh
kehidupan yang lebih baik. World Commission on Environment and Development
(WECD),
Ø Penerapan Teori dan Prinsip
PembangunanBerkelanjutan
Secara teoritis
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan pada berbagai sektor
pembangunan. Sebagai contoh di- ambil pada sektor pertanian. Untuk pembangunan
pertanian yang ber- hasil, Bank Dunia (di dalam Conway and Barbier,1990:23)
menyarankan agar tiga kriteria berikut dapat dipenuhi:
1. Harus
berkelanjutan, dengan menjamin pelestarian dan penggunaan yang wajar dari sumberdaya yang terbarukan
2. Harus meningkatkan efisiensi ekonomi
3. Manfaatnya harus terdistribusi secara merata.
Untuk kasus pembangunan pertanian,konsep dan definisi
dari pertanian yang berkelanjutan (sustainable agriculture) antara lain
dijabarkan oleh Conway dan Barbier (1990:10)sebagaipertanianyang:
Produksinya tinggi, efisien dan stabil Menggunakan
sarana produksi yang rendah dan murah, terutama menggunakan se- enuhya teknik
pertanian organik dan pengetahuan-pengetahuan lokal dan tradisional)
Melestarikan nilai-nilai tradisi- onal dan pertanian
keluarga berskala kecil Partisipasi yang tinggi dari para petani sendiri dalam
proses pengambil- an keputusan-keputusan pem- bangunan. Menolong kaum ter-
miskin dan terpojokan: terutama petani yang berlahan sempit, buruh tani, kaum
perempuan, anak-anakdankaumsuku minoritas
Penerapan Konsep, Prinsip dan Tujuan Pembangunan
Bekelanjutan dalam pembangunan secara luas dapat dilakukan dengan menetapkan
kaidah-kaidahnya (Djajadiningrat, 1992; Pearce and Warford, 1993):
1. Pemerataan
dan Keadilan (Equity and Justice).
2. Pendekatan
Integratif (Integrative Approach).
3. Perspektif
Jangka Panjang (Long Term Perspective).
4. Keberlanjutan
Ekologis (Ecological Sustainability).
5. Keberlanjutan
Ekonomi (Economic Sustainability).
6. Keberlanjutan
Sosial Budaya (Social -CulturalSustainability).
7. Keberlanjutan
Politik (Political Sustainability).
8. Keberlanjutan
Pertahanan dan Keamanan (Defense and Security Sustainability).
Todaro (1989)
mengemukakan beberapa ciri umum Negara-negara Berkembang. Ciri-ciritersebut
adalah:
·
standar hidup yang rendah;
·
produktivitas yang rendah;
·
tingkat pertumbuhan penduduk dan beban
ketergantungan yang tinggi;
·
tingkat pengangguran yang tinggi dan me-
ningkat terus serta kekurangan pe- kerjaan;
·
sangattergantungpada produksi pertanian
dan barang ekspor primer;
·
dominasi, ketergantungan dan kepekaan
yang besar dalam hu- bungan internasional. Ciri-ciridiatassekaligusdapat
diturunkan menjadi indikator ke- berhasilan pembangunan dari
Negara-negaraBerkembangtersebut, yaitu: Pendapatan Nasional; Per- tumbuhan
Ekonomi; Pendapatan per Kapita; Distribusi Pendapatan Nasio- nal; Kemiskinan;
Kesehatan Masya- rakat; Pendidikan Masyarakat; Pro- duktivitas Masyarakat;
Pertumbuhan Penduduk; Pengangguran dan Se- tengah Menganggur.
1.
Pendapatan
Nasional
Pendapatan
Nasional Bruto (Gross National Product/GNP) suatu negara adalah hasil dari
aktivitas per- ekonomian secara keseluruhan dari negaratersebut. Pendapatan
Nasional Bruto per Kapita sering digunakan sebagai tolok ukur tingkat
kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara. Bagi Negara-negara Berkembang
yang umumnya pen- dapatannya hanya berasal dari dalam negeri (domestic) GNP
lebih dikenaldengan istilah Gross Domestic Pro- duct (GDP) atau Pendapatan Do-
mestikBruto(PDB). Konsep pen- dapatan ini dapat diturunkan ke tingkat regional
menjadi pendapatan regional.
2. Pertumbuhan Ekonomi.
Tingkat
Pertumbuhan Ekonomi diukur dengan prosentase peningkatan GNP atau GDP dari
tahun ke tahun. Sering pula diukur dalam bentuk rata- rata per periode
tertentu,
3.
Pendapatan
Rata-rata per Kapita.
Pendapatan
Rata-rata per Kapita diukur dari GDP pada tahun tertentu dibagi Jumlah Penduduk
pada tahun yang sama, biasanya dikalkulasi dalam Dollar Amerika Serikat (US$).
Ukuran ini baru menunjukan potensi tingkat kesejahteraan ekonomi secara umum,
belum bisa menunjukan ting- kat pemerataan kesejahteraan eko- nomi yang
sesungguhnya..
4.
Distribusi
Pendapatan Nasional.
Untuk
lebih memperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang peme- rataan kesejahteraan
ekonomi perlu diketahui distribusi pendapatan. Dis- tribusi pendapatan sering
diukur dengan membagi penduduk menjadi 5 atau 10 kelompok (quintiles atau
deciles) sesuai dengan tingkat pen- dapatannya. Kemudian menetapkan proporsi
yang diterima oleh masing- masing kelompok pendapatan.. Selanjutnya ukuran
distribusi pen- dapatan dapat diukur dengan “Rasio Konsentrasi Gini” (Gini
Consentration Ratio) atau lebih sederhana disebut dengan Koefisien Gini
5.
Kemiskinan.
Tingkat
kemiskinan diukur dengan menentukan konsep “Kemiskinan Absolut” (Absolute
Poverty) atau “Garis Kemiskinan” (Poverty Line), yaitu:
“tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan fisik minimum terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin
kelangsungan hidup”.
6.
Kesehatan
Masyarakat.
Tingkat
kesehatan masyarakat dapat terukur dari “Harapan Hidup Rata- rata”(Life
Expectancy Rate) dan “TingkatKematianBayiRata-rata” (Infant Mortality Rate)
yaitu jumlah bayi yang mati sebelum usia 1 tahun setiap 1000 kelahiran. Harapan
Hidup Rata-ratadinegara-negarapaling terbelakang di dunia pada tahun 1988
misalnya hanya mencapai 49 tahun, dibanding dengan 57 tahun di
negara-negaraDuniaKetigadan73 tahun di negara-negara maju.
7.
Pendidikan
Masyarakat.
Salah
satu indikator penting untuk mengukur tingkat pendidikan masya- rakat adalah
“Tingkat Melek Huruf” (Literacy) atau sebaliknya “Tingkat Buta Huruf”
(Iliteracy).
8.
Produktivitas
Masyarakat.
Konsep
produktivitas masyarakat sangatlah kompleks. Pada dasarnya produktivitas
masyarakat adalah ke- mampuan individu-individu dalam masyarakat tersebut untuk
mening- katkan kesejahteraan ekonominya. Hal itu meliputi keterampilan, ke-
mampuan manajerial, daya kreasi, serta emosi dan ambisi untuk hidup lebih
sejahtera. Tingkat produktivitas tenaga kerja di negara-negara se- dang
berkembang lebih rendah di- banding negara-negara maju.
9.
Pertumbuhan
Penduduk.
Pertumbuhan
Penduduk (Population Growth) dihitung dari “Tingkat Ke- lahiran” (Birth Rate)
dikurangi “Ting- kat Kematian” (Mortality Rate).
10. Tingkat Pengangguran dan Setengah
Menganggur.
Pengertian
dari “Setengah Me- nganggur” (underemployment) adalah penduduk kota atau desa
yang bekerjadibawahjamkerjanormal (harian, mingguan, atau musiman), meliputi
juga mereka yang berkerja secara normal dengan waktu penuh tapi
produktivitasnya rendah. Se- dangkan “Pengangguran Terbuka” (unemployed) adalah
penduduk yang mampu dan ingin bekerja tetapi tidak tersedia lapangan pekerjaan.
Melestarikan sistem-sistem pen-
dukung kehidupan dan keaneka- ragaman hayati:
1. Menjamin
keberlanjutan peng- gunaan sumberdaya yang dapat diperbarui dan meminimkan
penipisansumberdayayangtak dapat diperbarui:
2. Berusaha
tidak melampaui daya dukung ekosistem:
Penelitian Kedua
Menurut Penelitian Oleh Lubis, Johanna Maria K. Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro dengan Jurnal yang Berjudul :
PENGARUH
TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA
Pertumbuhan
ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator dalam melihat
pembangunan ekonomi di suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi dapat menerangkan atau
mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian (Sukirno, 2005).
Pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat.
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu Negara, maka semakin tinggi kemampuan
suatu Negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga akan semakin tinggi
pula kemampuan suatu Negara untuk mensejahterakan masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan perkembangan GNP (Gross National Product) suatu
Negara (Samuelson, 1995).
Untuk
mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi suatu Negara, maka diperlukan suatu
indikator. Menurut M. Suparmoko (1998), salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah PDB (Produk Domestik Bruto)
untuk skala nasional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk skala
daerah. Perkembangan produk domestic regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta
dari tahun 1984 hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 6 dan gambar 2.
Tabel
6
Perkembangan
PDRB Provinsi DKI Jakarta
Tahun
1984–2010
Tahun DKI Jakarta (Juta Rp) Pertumbuhan
Ekonomi (%)
1984 102.551.436, 1 0
1985 109.981.984,7 7,2
1986
115.492.755,7 5,0
1987
122.244.004,6 5,8
1988
130.328.296,8 6,6
1989
143.019.850,5 9,7
1990
155.276.688,7 8,6
1991
167.385.792,3 7,8
1992
181.233.576 8, 3
1993
197.157.326 8, 8
1994
214.126.950,7 8,6
1995
233.969.122,4 9,3
1996
255.249.056,7 9,1
1997 268.283.108,2 51
1998
221.361.239,5 -17,5
1999
220.723.579,8 - 0,3
2000 230.287.765,3 4,3
2001
238.673.940 3,6
2002
250.331.157 4,9
2003
263.624.242 5,3
2004 278.524.822 5,7
2005
295.270.544 6,0
2006
312.826.712,7 5,9
2007
332.971.253,8 6,4
2008 353.539.057,4 6,2
2009 371.399.301,8 5,1
2010 395.664.498 6,5
Sumber
: BPS, Statistik Indonesia, berbagai tahun terbitan
Bagi
sebagian besar ekonom, kemajuan teknologi (technological progress)
adalah faktor yang paling penting, kemajuan teknologi dihasilkan dari
pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan
tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju, atau membangun
rumah (Lincolin Arsyad, 1997). Pengertian teknologi mengandung dimensi yang
lebih luas dan mencakup penelitian, pengembangan, perencanaan sistem produksi,
suplai bahan-bahan, sistem-sistem informasi, pembinaan dan pengembangan
keterampilan kerja dan entrepreneur, peralatan produksi dan kebijakan
pemerintah untuk menyediakan prasarana dan iklim industri yang baik
Salah
satu cara untuk mengukur pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dari peran TFP (Total Factor Productivity). TFP (Total Factor
Productivity) merupakan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
selain tenaga kerja dan modal. TFP dianggap sebagai kemajuan teknologi yang
eksogen. Cara lain dalam mengukur pengaruh teknologi terhadap tingkat output
atau PDRB suatu daerah dapat dilihat dari kapital per tenaga kerja efektif
(tenaga kerja yang sedang bekerja). Dalam penelitian ini, teknologi dilihat
dari kapital per tenaga kerja efektif atau tenaga kerja yang sedang
bekerja.Salah satu cara dalam mengukur pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan output per tenaga kerja.
Dalam
penelitian ini menggunakan analisis data time series. Pengujian untuk
mengetahui pengaruh teknologi terhadap produk domestik regional ruto (PDRB)
Propinsi DKI Jakarta dilakukan dengan analisis regresi sederhana. Dengan
analisis regresi akan diketahui kekuatan dan arah hubungan antara variabel
dependen yaitu produk domestik regional bruto (PDRB) dengan variabel independen
yaitu teknologi. Teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisa
regresi tersebut dinamakan Ordinary Least Square (OLS).
Hasil
yang diperoleh dari perhitungan regresi menunjukkan bahwa variabel teknologi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap produk domestik regional
bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta. Koefisien dari variabel teknologi adalah
sebesar 0,14 yang mempunyai arti apabila terjadi peningkatan produk domestik
regional bruto (PDRB) lewat penurunan teknologi sebesar Rp 1 rupiah maka akan
mendorong peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi DKI
Jakarta sebesar Rp 0,14. Hasil regresi pada model pengaruh teknologi terhadap
produk domestik regional bruto (PDRB) sesuai dengan hipotesis awal yang
menyatakan bahwa teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap produk
domestik regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta dan hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa teknologi mempunyai peran penting dalam
meningkatkan output suatu daerah dan dengan adanya teknologi maka
penggunaan input dalam proses produksi akan semakin efisien. Hal ini juga sudah
sesuai dengan hipotesis awal dimana teknologi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi DKI Jakarta.
Hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rifka (2010) yang menyatakan bahwa teknologi berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan teknologi akan mendorong
meningkatnya output suatu daerah.
Penelitian Ketiga
Menurut
Penelitian AZHAR, SYARIFAH LIES
FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian dari Universitas
Syiah Kuala yang Berjudul :
ANALISIS
SEKTOR BASIS DAN NON BASIS” DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM”
Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu ukuran utama keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan
harus berjalan secara berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya
pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata.
Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal akan
menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses pertumbuhan
itu sendiri.
Menurut
Arsyad (1999) ada perbedaan antara pembangunan ekonomi dan Pertumbuhan ekonomi.
Para pakar ekonomi seperti kaum Merkantilisme, klasik sampai Keynes membedakan
kedua pengertian tersebut yaitu : (a) peningkatan pendapatan per
kapitamasyarakat yaitu tingkat pertumbuhan PDB/PNB pada suatu tahun tertentu
dikurangi dengan tingkat pertumbuhan penduduk, dan (b) perkembangan PDB/PNB
yang terjadi dalam suatu negara diikuti oleh perombakan dan medernisasi
struktur ekonominya (transformasi ekonomi).
Dalam
rangka melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke
tahun akan terlihat melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau indeks
harga konsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif akan menunjukkan
adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif akan menunjukkan
penurunan perekonomian.
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri dari 9
(sembilan) sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian,
industri pengolahan, listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
serta jasa-jasa.
Menurut
Arsyad (1999) ada perbedaan antara pembangunan ekonomi danpertumbuhan ekonomi.
Para pakar ekonomi seperti kaum Merkantilisme, klasik sampai Keynes membedakan
kedua pengertian tersebut yaitu : (a) peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan PDB/PNB pada suatu tahun tertentu
dikurangi dengan tingkat pertumbuhan penduduk, dan (b) perkembangan PDB/PNB
yang terjadi dalam suatu negara diikuti oleh perombakan dan medernisasi
struktur ekonominya (transformasi ekonomi).
Dalam
rangka melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke
tahun akan terlihat melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau indeks
hargakonsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif akan menunjukkan
adanyapeningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif akan menunjukkan
penurunanperekonomian.
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri dasad
(sembilan) sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian,
industri pengolahan, istrik dan air
minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan
komunikasi,keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa. Ruang
lingkup penelitian meliputi PNB (Produk Nasional Bruto) dan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan variabel yang
dikaji adalah total produksi yang dihasilkan dari setiap sektor yang dihitung
dalam jutaan rupiah, yaitu meliputi: (a) Sektor pertanian; (b) Sektor
Pertambangan dan Penggalian; (c) Sektor Industri Pengolahan; (d) Sektor Listrik
dan Air Minum; (e) Sektor Bangunan; (f) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran;
(g) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; (h) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan; (i) Sektor Jasa-jasa.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari beberapa jurnal yang Dirangkum adalah :
Pembangunan
ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam
struktur dan
corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, ahli ekonomi bukan saja tertarik
kepada
masalah
perkembangan pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan
ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional,
masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian
pendapatan (Sukirno, 2004). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu sasaran
dari kebijakan ekonomi suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
perkembangan GNP (Gross National Product) suatu Negara (Samuelson,1995).
Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu ukuran utama keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan
harus berjalan secara berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya
pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata.
Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal akan
menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses pertumbuhan
itu sendiri.
Empat puluh tahun
terakhir Indonesia menganut paradigma pembangunan yang tipikal mengeksploitasi
sumberdaya alam dengan segala dampak negatifnya terhadap lingkungan. Itupun
hanya mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tidak lebih dari 7 persen dan
sulit dipertahankan. Susutnya sumberdaya alam seperti minyak, bahan tambang,
hutan nyaris bagi Indonesia untuk tidak dapat melanjutkan pembangunan. Karena
itu mau tidak mau paradigma lama harus mulai ditinggalkan sebelum mencapai
kebntuan (development dead-lock). Paradigma baru yang lebih sustainable harus
mulai dirintis dan diimplementasikan sehingga mampu menciptakan modus-modus
ekonomi baru yang mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
dengan dampak negatif yang seminimal mungkin terhadap destruksi lingkungan.